Musik memang memiliki nilai tinggi dalam terapi kesehatan. Ketika mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otak pendengar dapat diperlambat dan dipercepat sehingga kinerja tubuh mengalami perubahan. Bahkan musik juga punya kekuatan memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah kita.
Hal itu salah satunya dibuktikan pada 200 pasien yang berada di ruang perawatan intensif (ICU) yang memakai alat bantu pernapasan. Ketika merkea diperdengarkan musik klasik, seperti sonata piano Mozart atau musik yang enak didengar, denyut napas pasien lebih lambat dan kecemasan mereka berkurang.
Bahkan para peneliti dari Cochrane Library yang melakukan riset ini mengatakan musik bekerja lebih baik dari obat untuk menenangkan pasien selama mereka mendapat alat bantu pernapasan dengan ventilasi mekanis.
Ventilasi mekanis yang dipakai untuk alat bantu pernapasan diketahui sering menimbulkan aneka komplikasi. Misalnya saja sesak napas, sering menyedot udara, susah bicara, rasa takut dan tidak nyaman sehingga menyebabkan kecemasan.
Walau musik sudah terbukti punya kekuatan, namun Dr.Wendy Magee, ahli terapi musik dari London mengatakan terapi musik tidaklah sederhana. Kita tidak bisa memilih musik sekenanya. "Memilih musik yang tepat sangatlah penting. Kita harus tahu mana yang berarti bagi tiap individu," katanya.
Beberapa jenis musik justru tidak bisa membuat rileks dan meningkatkan detak jantung, misalnya musik yang sangat menstimulasi, seperti musik heavy metal.
Karena musik bisa merangsang emosi, memilih musik yang tidak tepat untuk pasien justru akan menambah stres. Itu sebabnya, musik yang diperdengarkan harus disesuaikan dengan selera tiap individu.